kakashi

Selasa, 06 Oktober 2009

Perubahan-Perubahan Perkembangan Kognitif

· Pemikiran operasional formal
Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 hingga15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak , idealistis , dan logis dari pada pemikiran opersional konkret . Piaget yakin bahwa remaja semakin mampu menggunakan pemikiran deduktif hipotesis . beberapa gagasan piaget tentang pemikiran operasional formal akhir-akhir ini dipertanyakan kebenarannya.
Perubahan-perubahan yang mengesankan dalam kognisi sosial adalah ciri perkembangan remaja. Remaja mengembangkan suatu tipe egosisentrisme khusus yang meliputi penonton khayalan dan dongeng pribadi tentang mahluk yang unik. Remaja mulai berpikir tentang kepribadian sama seperti cara yang dilakukan oleh para ahli tori kepribadian , dan mereka memantau dunia sosial mereka dengan cara-cara yang lebih cangih.
· Pengambilan keputusan
Masa remaja ialah masa semakin meninggkatnya pengambilan keputusan . remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan dibanding remaja yang lebih muda, di mana mereka lebih kompeten dari pada anak-anak. Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu akan di terapkan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah orientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untuk memberi mereka pilihan-pilihan yang memadai.


Sekolah, Masalah-masalah dan Gangguan-gangguan, serta Status Terkini Remaja dan Pemuda Berisiko Dewasa ini

Sekolah
· Fungsi sekolah
Pada abad ke-19, sekolah-sekolah menengah lanjutkan hanya untuk kaum elit. Pada tahun 1920-an, sekolah-sekolah telah berubah menjadi semakin komprehensif dan melatih remaja untuk bekerja dan menjadi warganegara , serta meningkatkan intelektualitas mereka . sekolah menenganh atas yang komprehensif tetap bertahan dewasa ini , tetapi fungsi sekolah menengah lanjutkan terus diperdebatkan. Beberapa kalangan mempertahankan pendapat bahwa fungsi sekolah seharusnya adalah pengembangan intelektual, kalangan yang lain menuntut fungsi yang lebih komprehensif.

· Putus Sekolah dari sekolah Menegah Atas
Putus sekolah adalah suatu masalah serius selama beberapa dasawarsa. Banyak murid putus sekolah mengalami kekurangan- kekurangan pendidikan yang menghambat kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka di kehidupan dewasa mereka. Beberapa kemajuan telah dicapai; angka putus sekolah bagi kebanyakan kelompok-kelompok etnis minoritas menurun dalam beberapa dasawarsa terakhir, walaupun angka putus sekolah bagi kelompik etnis minoritas yang tinggal di kota-kota besar dan berpengasilan rendah masih cukup tinggi. Murid-murid putus sekolah karena alasan-alasan ekonomi dan pribadi yang berkaitan dengan sekolah. Untuk mengurangi angka putus sekolah, lembaga-lembaga masyarakat khususnya sekolah harus mengatasi hambatan-hambatan antara pekerjaan dengan sekolah.


· Transisi ke sekolah menengah lanjutan atau sekolah menengah pertama
Muncul sekolah menengah pertama pada tahun 1920-an dan 1930-an dibenarkan atas dasar perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan sosial pada masa awal remaja dan kebutuhan akan lebih banyak sekolah sebagai jawaban atas bertambahnya populasi murid . sekolah –sekolah menengah pertama semakin populer pada tahun-tahun terakhir ini. Bersamaan dengan tibanya masa pubertas yang lebih awal . transisi ke sekolah menengah pertama bersamaan dengan banyaknya perubahan-perubahan sosial , keluarga, dan individual dalam kehidupan anak remaja. Transisi meliputi peralihan dari posisi teratas ke posisi terbawah . sekolah –sekolah yanhg berhasil bagi remaja muda memperhitungkan perbedaan –perbedaan individual dalalm perkembangan secara serius , memperlihatkan suatu keprihatian yang dalam terhadap apa yang diketahui sebagai awal masa remaja , dan menekankan perkembangan sosial dan emosional sebanyak perkembangan interlektual.

Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan TerlarangPenggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.* Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.* Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.* Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.* Cinta dan Hubungan Heteroseksual* Permasalahan Seksual* Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua* Permasalahan Moral, Nilai, dan AgamaLain halnya dengan pendapat Smith & Anderson (dalam Fagan,2006), menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis pengaruh yang memungkinkan munculnya penggunaan alkohol dan narkoba pada remaja:Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita. Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering menyebutnya “jatuh cinta”.Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid & Fei ditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan teman.Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada percintaan remaja.Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock, 1991).Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.

Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli
· Kartono, ilmuwan sosiologiKenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
· Santrock "Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."

Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti?
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.
Jenis-jenis kenakalan remaja
· Penyalahgunaan narkoba
· Seks bebas
· Tawuran antara pelajar

Penyebab terjadinya kenakalan remaja
Perilaku 'nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal:
1. Krisis identitasPerubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemahRemaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
1. KeluargaPerceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.



Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja:
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Kehamilan Pada Remaja

Perubahan tingkah laku seksual remaja pada zaman sekarang ini menimbulkan peningkatan pada masalah seksual, seperti seks pranikah yang mengakibatkan kehamilan pranikah pada remaja wanita. Kebanyakan remaja memiliki persepsi bahwa mereka tidak akan hamil jika pertama kali melakukan hubungan seksual dan jika melakukan hubungan seksual tidak sampai klimaks tidak menyebabkan kehamilan pranikah (Kantner & Zelnik dalam Conger, 1991). Dari kehamilan pranikah tersebut banyak dari para remaja wanita memutuskan untuk melakukan aborsi karena kehamilannya cukup membawa dampak yang besar bagi dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan remaja melakukan aborsi, persepsi kehamilan pranikah pada remaja pelaku aborsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi kehamilan pranikah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara terstruktur agar wawancara dapat berjalan secara efektif dan efisien dan mengantisipasi kemungkinan terlupanya pokok-pokok permasalahan yang diteliti. Sedangkan metode observasi yang digunakan adalah metode observasi non partisipan, orang yang melakukan pengamatan tidak berperan serta atau tidak ikut ambil bagian didalam kehidupan orang yang diamati. Subjek melakukan aborsi karena beberapa alasan, antara lain Subjek takut pendidikannya akan terhambat, takut hidupnya akan berubah, subjek belum ingin berumah tangga karena belum siap secara ekonomi, dan subjek merasa takut apabila lingkungannya mengetahui tentang kehamilan subjek di luar nikah. Persepsi subjek terhadap kehamilan pranikah biasa-biasa saja walaupun pada awalnya subjek merasa shock, kaget, dan bingung. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjek dalam mempersepsikan kehamilan pranikah adalah karakteristiknya yang keras, kehamilan pranikah yang dianggap negatif, dan faktor keluarga dan lingkungan yang mentabukan kehamilan pranikah.






Bunuh Diri

Umumnya bunuh diri dikaitkan dengan faktor-faktor proksimal dan distal. Faktor proksimal atau kondisi saat ini dapat memicu suatu upaya bunuh diri. Keadaan-keadaan penuh ketegangan, seperti kehilangan pacar, nilai rapor yang rendah, atau kehamilan yang tidak diinginkan dapat memicu upaya bunuh diri.
Pengalaman-pengalaman distal atau pengalaman masa lalu juga seringkali terlibat dalam upaya bunuh diri. Suatu kisah panjang ketidakstabilan dan ketidakbahagiaan keluarga mungkin muincul. Begitu juga dengan kurangnya afeksi dan dukungan emosional, pengendalian yang ketat, dan tekanan berprestasi oleh orang tua selama masa anak-anak yang berkaiatan dengan depresi remaja, begitu juga dedngan kombinasi pengalaman-pengalaman keluarga cenderung memunculkan factor distal dalam upaya bunuh diri.

Gangguan-gangguan Makan
Anoreksia nervosa suatu gangguan makan ( eating disorder ) yang melibatkan upaya yang keras untuk kurus dengan cara melaparkan diri. Anoreksia nervosa terutama menimpa perempuan selama masa remaja dan masa awal dewasa. Walaupun penderita anoreksia menghindari makan mereka memiliki minat besar pada makanan. Penderita anoreksia memiliki citra tubuh yang menyimpang, yang merasa mereka lebih baik bahkan bila mereka menjadi kurus kering. Ketika upaya melaparkan diri berlanjut dan kandungan lemak tubuh menurun ke suatu batas minimum, menstruasi biasanya berhenti dan perilaku sering menjadi hiperaktif.
Sejumlah penyebab anoreksia nervosa meliputi factor social, psikologis, dan fisiologis.
Bulimia adalah suatu gangguan makan yang melibatkan makan dan minum yang berlebihan yang dilanjutkan ddengan meminum obat pencahar/pencuci perut secara teratur. Penderita bulimia memakan sejumlah besar makanan dan kemudian mengosongkan perut dengan cara memuntahkannya setelah diapncing atau menggunakan obat pencahar atau urus-urus. Di saat lain mereka mengganti pola makan berlebihan dengan puasa; pada kesempatan lain mereka mengubahnya denga perilaku makan yang normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar